Aku masih terpaku di tempatku berdiri,udara dingin menyergap seluruh
pori-pori kulitku. Angin pantai membelai wajah dan rambutku pelan. Sang
surya terlihat enggan untuk beranjak. Cahaya keemasanya jatuh di
permukaan laut, terlihat indah bak permadani bertahta emas. Aku
menghembuskan nafas berat, akhirnya aku kembali lagi . Setelah 3 tahun
aku mencoba lari dari kenyataan. Kenyataan yang membuat dadaku sesak,
kenyataan yang seperti ilusi. Kenyataan yang begitu saja datang
tiba-tiba. Tak terasa buliran bening mencoba keluar dari sudut mataku.
Kutengadahkan kepalaku menikmati hangat mentari yang sudah menggeliat
dari peraduanya.“Arthur”suara yang sangat kukenal, suara lembut itu
seperti air yang merembes ke memoryku yang mulai kering. Aku menoleh
kearahnya, sekuat tenaga aku mencoba tegar berhadapan denganya.“hay!!”
sapaku dengan senyuman yang kupaksakan. Gadis berkulit coklat itu
bejalan ke arahku.“lama kamu nggak kesini, gimana jakarta??”tanya gadis
itu yang sekarang sudah berdiri di sampingku.“ehm.......ramai, macet,
dan panas.”ujarku, dia tersenyum memandangku. Lalu melempar pandanganya
ke arah laut.“ I miss you”ujarnya pelan. Tapi begitu jelas tertangkap
ke telingaku, aku segera menoleh ke arahnya. Mencoba meminta penjelasan
dari maksud kata-katanya tadi. Kulihat dia cuman memandangi pasir putih
yang menempel di sela-sela kakinya. Ia menoleh ke arahku lalu tersenyum
dan pergi begitu saja meninggalkanku. Satu,dua,tiga!!! byur....... di
sisi pantai ini aku dan Laras sering menghabiskan waktu liburan.
Pagi-pagi benar kami sudah kesini. Lomba renang, foto-foto, dan main
volly. Gadis bali yang begitu penuh semangat, menurutku. Kulit
coklatnya yang eksotis begitu terlihat mengkilap di terpa matahari.
Langkah kecilnya membuat kutertegun, membuatku tak dapat melihat gadis
lain selain dirinya. Aku menarik lenganya ketika tiba-tiba
keseimbanganya berkurang, dia jatuh di pelukanku. Matanya yang coklat
memandang tepat ke arahku. Seperti sihir ketika kami saling
berpandangan,irama jantungku yang normal seketika berubah tak
beraturan. Seakan meyakinkan hatiku akan perasaan yang terpendam selama
ini.“ I love you” tiba-tiba saja kata itu meluncur dengan suksesnya
dari bibirku. Laras terdiam, tapi aku sangat sadar ketika sebuah
kecupan mendarat di pipiku.“I Love you too”ucapnya sembari tersenyum.
Aku masih terdiam melihat dia berlari menjauhiku di iringi senyuman
sumringahnya. Aku masih tak percaya akan akan kata-katanya tadi,
kata-kata yang menurutku begitu luar biasa. Tapi aku sadar kalau
cintaku ternyata tak bertepuk sebelah tangan. Akusegera berlari ke
arahnya, yang telah menantiku di bawah pohon kelapa dengan senyum
terkembang di bibirnya. Pandanganku kosong menatap undangan yang ada
di tanganku. Buliran-buliran airmata jatuh begitu saja tanpa komando
dariku. Dadaku benar-benar sesak, seperti di hantam benda keras yang
meluluhlantahkan serpihan kebahagiaanku. Aku ingin berlari menjauh dari
sebuah kenyataan, kenyataan yang menendang keberadaanku di
Bumi.“maaf,ini bukan keinginanku. Tapi.........” isak tangis laras
semakin memperpuruk keadaanku. Ia memegang kedua tanganku,terlihat
jelas gurat kesedihan di tiap lekuk wajahnya.“tapi inilah yang harus
kita jalani, ingatlah aku.......ingatlah aku yang akan selalu
mencintaimu” suara laras begetar,tangisnya terdengar lebih keras. Dia
melangkah meninggal serpihan hatiku yang tak berbentuk
lagi. “arthur”suara tegas ciri khas papa mengagetkanku. Membuyarkan
seluruh lamunanku, aku menghembuskan nafas berat. Ku hapus air mataku
yang tiba-tiba turun. 'aku laki-laki, aku harus kuat' kata itu yang
selalu menguatkanku sampai saat ini. Aku menoleh ke arah papa,
memandang lekat wajahnya. Wajah tua yang begitu tampan,pikirku. Wajah
yang selama 3 tahun tak pernah kulihat. Aku berjalan ke arah papa,
beliau menepuk pundakku mantap.“ I miss you son”ucapnya sambil
memelukku. Aku membalas pelukan papa, tak jauh di belakang papa laras
berdiri tegar. Sosok yang sekarang terlihat begitu dewsa. Laras gadis
yang dulu kucintai. Dia menggandeng seorang anak kecil., terlihat
senyum simpul yang dulu begitu membuatku melayang. Aku melepas pelukkan
papa“itu bobby pa?” tanyaku pada papa. Papa menoleh ke arah laras dan
bobby.“yeah.....your brother”ucap papa. Aku tersenyum, tersenyum dalam
kesakitan di hatiku.