Pada suatu hari di jaman dulu, hidup
seorang raja yang sudah tua. Umurnya kira-kira 75 tahun. Raja itu
memang memiliki banyak isteri, namun tidak ada satupun dari
istri-istrinya mampu memberinya keturunan untuk meneruskan dinasti
kerajaan.
Padahal saat itu raja sudah lelah, ia
ingin segera beristirahat dari tahtanya. Akhirnya sang raja memutuskan
untuk memilih salah satu dari anak muda di kerajaan untuk meneruskan
tahtanya.
Raja segera mengeluarkan pengumuman
kepada seluruh pemuda di kerajaannya untuk berkumpul di halaman istana
untuk dipilih menjadi raja. Sekonyong-konyong ratusan anak muda
langsung berkumpul di halaman istana tersebut. Tak terkecuali Ali,
pemuda itu juga turut berdiri berdesak-desakan diantara pemuda lain
untuk mengikuti kompetisi itu.
“Aku akan memilih salah satu dari kalian untuk menjadi penggantiku !”. Raja berseru.
“Tetapi sebelumnya, aku akan menilai kalian semua, aku akan membagi kepada kalian satu buah biji per orang.”
“Aku ingin kalian menanam dan merawat
biji itu selama satu tahun, dan bawalah kembali padaku, aku ingin tahu
apa yang dapat kalian tumbuhkan dari biji itu.” Raja melanjutkan.
“Hanya mereka yang mampu menumbuhkan tanaman terbaiklah yang akan aku pilih sebagai raja.”
Setelah berkata demikian, para punggawa
kerajaan segera membagi-bagikan biji itu kesemua pemuda yang hadir. Ali
juga mendapat satu buah biji, dan segera pulang untuk menanam biji itu.
Ali berkata dengan bangga pada ibunya
bahwa ia telah turut serta dalam kompetisi itu, dan ibunya pun juga
terlihat sangat menyetujui keputusan anaknya itu. Ali lalu mengambil
sebuah pot yang tidak terpakai di belakang rumah, memberinya tanah
tersubur, lalu membenamkan biji itu ke dalamnya.
Tiap hari, Ali dan ibunya menyirami pot
itu. beberapa minggu kemudian Ali pergi ke rumah teman-temannya untuk
melihat biji yang ditanam oleh mereka. Ali melihat biji milik
teman-temannya mulai tumbuh, bahkan ada yang sudah mengeluarkan
beberapa lembar daun. Berbeda dengan biji milik Ali, biji itu belum
tumbuh sama sekali, walaupun sudah ditanam selama 2 minggu.
Dua bulan telah berlalu, dan keadaan di
pot milik Ali tidak berubah. Biji itu belum tumbuh sama sekali. Tetapi
Ali tidak menyerah, ia tetap merawat pot itu dengan menyiraminya tiap
hari. Teman-teman Ali pun mulai mengetahui hal tersebut, dan mereka
mulai mentertawakan Ali.
Akhirnya satu tahun pun berlalu.
Seluruh pemuda yang mengikuti kompetisi itu pun datang beramai-ramai ke
halaman istana. Mereka masing-masing membawa tanaman di dalam pot.
Sangat indah dan subur tanaman-tanaman mereka, bahkan beberapa
diantaranya telah berbunga.
Tetapi berbeda dengan milik Ali, potnya
tidak berubah. Tidak ada apapun yang tumbuh di pot itu. Ali pun mulai
putus asa, dan mengambil keputusan untuk tidak kembali menghadap raja.
“Jangan begitu nak.” Kata ibunya, “Kamu
sudah berniat mengikuti kompetisi itu, sudah selayaknya kamu juga
menyelesaikannya, tidak masalah jika pot itu masih kosong, toh raja
juga tidak akan menghukum kamu kok.”
Dengan berbagai bujuk rayu dari ibunya, akhirnya Ali bersedia membawa pot yang cuma berisi tanah itu menghadap raja.
Di sepanjang jalan, para pemuda mentertawainya. Tetapi Ali mencoba cuek ‘n jalan terus.
Akhirnya, ratusan pemuda itu semua
telah berkumpul di halaman istana. Raja segera turun dari singgasananya
dan mencoba memeriksa pot-pot yang dibawa pemuda itu satu per satu.
Raja itu berjalan hilir mudik di antara pot-pot yang dipegang oleh para
pemuda itu beberapa kali, seolah-olah sedang mencari sesuatu.
Akhirnya raja berdiri tepat di hadapan Ali. Ali gemetaran, karena dia memang belum pernah berhadapan dengan raja sebelumnya.
“Siapa namamu? dan ada apa dengan potmu, kenapa tidak ada tanamannya sama sekali?” Tanya sang raja.
“Maaf baginda.” Ali menjawab, “Nama
saya Ali. Hamba sudah berusaha, tetapi kenyataannya memang begini,
bibit ini tidak mau tumbuh sama sekali, padahal saya sudah menyiraminya
tiap hari.” Para pemuda di sekitarnya saling tertawa cekikikan
mendengar jawaban Ali.
“Kalo begitu, kamu maju ke depan dengan
saya!” Perintah sang raja. Sambil ketakutan karena khawatir dihukum,
Ali maju ke depan beriringan dengan sang raja. Para pemuda sekitarnya
masih tertawa cekikikan melihat wajah Ali yang pucat bagai mayat.
“Aku umumkan kepada kalian semua..”
Raja berseru di depan ratusan pemuda itu. “Aku umumkan bahwa mulai
besok pagi, seorang pemuda - yang bernama Ali - yang saat ini berdiri
disampingku - akan menggantikan kedudukanku menjadi Raja!”
Semua pemuda itu heran, terutama Ali sendiri, ia kaget setengah mati mendengar keputusan sang raja.
“Kalian tahu kenapa?” Raja melanjutkan,
“Satu tahun yang lalu aku sebenarnya hanya memberi sebuah biji mandul
kepada masing-masing kalian. Semua biji itu sudah dipotong bakal
tunasnya oleh seorang pengawalku, sehingga tidak mungkin dapat tumbuh
menjadi sebatang pohon. Sehingga saya menarik kesimpulan, bahwa apa
yang kalian bawa ke hadapanku itu bukanlah tanaman yang tumbuh dari
biji yang aku berikan. Kalian semua telah menukarnya dengan biji lain
agar bisa tumbuh.”
“Kecuali dengan anak muda ini.” Raja
berkata dengan tersenyum bangga. “Ali telah berani jujur padaku, ia
berani mengatakan apa yang sebenarnya telah terjadi, sekalipun ia tahu
betul bahwa itu akan sangat memalukan.”
“Orang jujur seperti inilah yang aku butuhkan untuk melanjutkan cita-citaku untuk membangun kerajaan ini …” sumber : http://cerita.gravis-design.com/ Original posted :
(Sumber: sebuah cerita dari timur jauh yang termuat di buku “About Leadership” oleh Kyoto M, author unknown)
|